-
Masjid Agung Sumenep
Masjid Agung Sumenep secara geografis terletak di pusat kota Sumenep, tepatnya di sebelah barat taman bunga di alun-alun kota Sumenep...... more »
-
MUSIK DAN POTRET KEHIDUPAN
Mungkin semua mengangguk membenarkan bahwa hampir semua lumrah dengan musik...... more »
-
Katakanlah, aku masih seperti dulu
Dulu, kau bisa belajar merangkak, berjalan hingga akhirnya bisa lari Tanpa satu tirai keputus asaan..... more »
-
Membangun Moralitas Dengan Pendidikan
Di kehidupan modern ini, masyarakat kian maju. Tingkat aktifitas masyarakat makin intensif..... more »
-
Kehilangan Cintaku
Saat kau melintasi kehidupan ku, Kau telah membangun semangat ku, Semangat yg tlah hilang.... more »
-
Menutup Aurat Tapi Tetap Modis
Dewasa ini banyak orang –orang yang mengaku islam, namun tidak menjalankan aturan islam.... more »
-
(Sastra) Meditasi
Aku mendengar suara dari kejauhan yang terdekat Lalu mulutku bergetar ingin.... more »
-
Mahasiswa Terdampar
Hari pertama, saya diperkenalkan dengan Orang-orang sakral di ladang yang bercukai, Begitu pun..... more »
-
Lofty Morning with You
The shine peace morning On the day pop up through the tuneful voice The tremendous point.... more »
-
Rakyat Penentu Arah Bangsa
IA selalu melihat output. Ia lebih mementingkan siapa yang memenangkan pemilihan, bukan bagaimana.... more »
-
Perjudian Ketiga Sosok Jokowi
SOSOK yang dikenal dekat dengan rakyat kecil ini tidak henti-hentinya melakukan tindakan... more »
-
Sepenggal Cerita Mahasiswa Penghabisan
Pagi baru beranjak dan embun baru saja menghilang. Itu terjadi di salah satu belahan bumi..... more »
AFIC SEBAGAI KONTROL
TEKAD MIMPI BERSAMA SANG GURU
Rabu, April 15, 2015
Tuhan…aku melihat makhlukmu layaknya aku tatkala dulu kurang mengerti apa yang mesti kulakukan. Hati ini bergerak untuk mengayominya
Tuhan…aku ingin berbagi atas segala apa yang aku ketahui, ingin sekali merangkulnya bersama keceriaan dan bisa tersenyum bangga atas apa yang engkau anugerahkan.
Tuhan yang maha membolak-balikkan hati…ikhlas hati ini jika engkau beri kesempatan untuk berbagi dengan orang-orang yang butuh rangkulan hangat ilmu yang engkau anugerahkan kepadaku, karena aku percaya dia dan mereka sama denganku.
Air mata haru tak dapat kubendung, penyesalan demi sebuah nilai kini mendera keberadaanku sebagai pengabdi keabadian. Awal kegiatanku dapat kujalani karena sebuah kewajiban mata kuliah yang harus kutempuh dengan segala rasa letih tanpa ikhlas. Tapi sesekali air mata mengalir ingin menebus segalanya. Ingin kudapati mereka dengan sebuah kecintaan pada rasa ilmu.
Darius, yah dia darius yang membangkitkan semangatku. Dia yang mengajakku pada apa yang sebenarnya menjadi tugasku. ‘’mengabdi’’. Mengabdi pada negeri ini. Berbagi pada insani. Kulihat temanku merangkulnya, membinbingnya dan melatihnya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Beberapa hari setelah itu. Aku bertugas mengajar di kelas IPS 2. Kembali hati ini menangis pada ragam anak indonesia yang butuh rangkulan hangat akan keikhlasan berbagi. Berbagi pada keindahan ilmu engkau tuhan…
« yanti. Are you in my lesson? « senyumnya menandakan ketidakpahaman akan bahasa yang memang wajib kugunakan saat KBM berlangsung. Ku terjemahkan, namun sesekali ku tak dapat mengerti akan bahasa yang ia gunakan. Bukan karena bahasanya kurang baik tapi seolah ia malu mengutarakan apa yang ingin ia ungkapkan.
‘’ bu, sekolah saya dulu beda dengan sekolah-sekolah yang ada disini.‘’ tanpa kutanya ia menjelaskan perbedaan cara dan metode yang digunakan oleh gurunya semasa SMP di Indonesia bagian timur.
‘’ saya ditempatkan disekolah ini bu, bukan karena kemauan saya, tapi ini program pemerintah’’ dari situlah aku mengerti mengapa ia bisa sekolah favorite ini. Bukan maksud hati untuk merendahkan mereka, tapi memang begitulah kenyataannya, butuh ketalatenan penuh dalam membinbing mereka.
Saat bel istirahat dibunyikan, yanti menghampiriku dan memintaku untuk meluangkan waktu untuk berbagi ilmu. ‘’bu, saya ingin betul mengerti dan paham seperti teman-teman yang lain, jika ibu ada waktu saya ingin belajar’’ pernyataan itu ku balas dengan senyum setuju. Passionku memang berada pada mengajar. Senang rasanya semangatnya terbangun dan memberanikan diri menyatakan untuk belajar, setidaknya ada waktu tambahan sebagai binbingan bagi mereka. ‘’ jam ke 5-6 kami ada waktu untuk belajar bu, jadi bisa belajar di perpustakaan’’ ujarnya ‘’ yanti kenapa tidak masuk kelas? ‘’ sekarang pelajaran agama bu, jadi boleh tidak masuk kelas, biasanya juga kita belajar dan baca-baca buku di perpustakaan menunggu jam istirahat. Begitu penjelasannya. Hari itu memang pelajaran agama yang tak mewajibkannya masuk kelas karena tolransi agama yang ada.
Kuulangi lagi pelajaran-pelajaran yang usai kujelaskan didalam kelas. Anggukan mengerti mereka tunjukkan, lega rasanya bisa berbagi meski kumengerti pengabdianku tak cukup sampai disitu saja, namun kuberharap sedikit ilmu yang kupunya bisa membantu mereka berdiri sejajar dengan teman-temannya yang lain.
‘’ bagaimana lantas membantu mereka pak? Tanyaku penuh simpati’’ saya yakin mereka juga bisa jika kita binbing.
‘’sayapun mengerti itu bu, hanya saja kita juga harus memperhatikan mereka yang jauh lebih mudah dalam memahmi materi, karena jika tidak demikian mereka yang lain akan juga ketinggalan.
‘’ tapi setiap waktu jam pelajaran agama mereka meminta saya untuk berbagi ilmu kok pak’’
‘’begitukah? Bagus itu bu, saya sangat mendukung jika ibu sedia membinbingnya.
‘’ begitu juga dengan saya pak. Saya bersedia dan bangga bisa membinbing mereka, tapi apakah ini akan berlanjut meski kami sebagai guru PPL sudah tidak lagi mengajar disini?
‘’ saya akan membicarakan hal ini dengan guru yang lain’’
‘’Terimaksih pak, saya harap itu akan terwujud’’
‘’ ibu, apa benar ibu sudah tidak mau mengajar disini lagi? Pertanyaan yanti sontak mengingatkanku pada wajah seriusnya dalam memahami pelajaran dan mengerjakan tugas dengan panuh semangat perjuangan. ‘’ iya yanti, ibu harus menyelesaikan kuliah ibu dulu’’ jelasku padanya. ‘’ terimalah ini bu, yanti tidak bisa memberikan ibu sesuatu yang lebih, yanti hanya punya ini. Dan yanti harap keikhlasan ibu dalam mendidik akan selalu ada dalam pribadi ibu’’ harapan yanti membawaku kembali merangkul yanti, air mata haru tak mampu kubendung kala itu. ‘’ terimakasih nak, ini sudah lebih dari cukup buat ibu, yanti terus semangat ya nak’’ iya ibu terimakasih, yanti masuk kelas dulu.
Hari perpisahanpun tiba, kami para mahasiswa berpamitan tanpa acara perpisahan, karena tak mudah menyita waktu KBM para siswa, maklumlah sekolah itu memang setara dengan SBI sekolah bertaraf internasional. Sejak perpisahan itu daku kembali membungkus tekad kuat untuk benar-benar mengabdi sebagai tenaga pengajar.
Setulus Hati
Minggu, Februari 22, 2015
Karna berjalan pun aku masih tertatih
Tak tau arah kemana akan berhenti
Aku tak pantas tebarkan senyum
Karna sia sia dan tak bermakna
Jangan bilang itu menyejukkan hati
Karna semua hanya ilusi
Adaku hampa. Tulusku belaka
Tapi itu bagimu, karena tingkah tak bersabda
Lantas apa aku marah? Tidak sayang,,,
Teruslah tabur dusta atasku
Takkan ku biarkan nista pada adamku
Tak ada raut suram menghias diri
Karena kau ada untuk aku singgahi
Tenanglah,,,, aku takkan mengemis hati
Takkan pula minta satu langkah peduli
Karena tulus menghias diri
Dengan akhir yang tak pasti