Ilmu Kita-Kita
Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Media dan Budaya Pop

Media dan Budaya Pop



Di era globalisasi ini, sekat-sekat ruang antar negara hampir tidak ada sama sekali. Berbagai macam informasi dari seluruh negara di dunia bisa diakses semudah mungkin oleh siapapun. Hampir setiap hari, kita senantiasa melihat tontonan beraneka ragam budaya dari negara-negara di seantero dunia ini. Tak ada permasalahan terkait ruang dan waktu. Kekayaan teknologi telah mampu menjawab permasalahan-permasalahan itu.

Budaya pop merupakan fenomena global. Dengan lain kata, fenomena ini terjadi di banyak negara di dunia sebagai akibat arus globalisasi. Salah satu faktornya adalah media. Merebaknya berbagai macam media yang kian mudah diakses sangat menentukan terhadap masuknya berbagai macam budaya dari luar, terutama dari barat. Tentu, masyarakat kota yang pertama-tama merasakan arus globalisasi ini.

Peran media sangatlah besar dalam hal ini. Terutama televisi, ia menjelma kebutuhan penting bagi masyarakat perkotaan. Sebagian besar masyarakat kota memilikinya. Tanpa disadari, televisi yang menjadi ritual tontonan setiap hari, berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku masyarakat.

Sayangnya, siaran-siaran yang mendidik tidak seimbang dengan sajian entertainmen yang semakin banyak menyedot perhatian orang banyak terutama kalangan remaja. Televisi lebih banyak menghadirkan acara-acara hiburan, seperti sinetron, acara boy/girl band dan macam-macam hiburan lainnya. Media lebih memprioritaskan tontonan-tontonan yang berorientasi pasar.

Dampaknya sangat tampak pada remaja. Sebagai akibat interaksinya dengan media, mereka terjebak dalam uforia budaya pop tanpa sikap kritis. Mereka kian berlomba-lomba meniru gaya para idolanya dalam banyak aspek.

Semakin dalam mereka berinteraksi dengan budaya-budaya itu, semakin besar kemungkinan mereka melupakan budaya-budaya lokal pribumi mereka. Dampak luasnya, pengetahuan mereka mengenai budaya sendiri semakin kecil sehingga memungkinkan memudarnya penghargaan dan kebangaan mereka terhadap budaya  mereka sendiri.

Ini merupakan penyakit sosial yang harus dicarikan solusi. Membiarkan fenomena ini menjalar kemana-mana, sama artinya kita membiarkan bangsa ini menuju ambang kehancuran.

Sulaiman (FISIP UIN Syarif Hidayatullah)
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Ka-conk Mahfud
Copyright © 2014. Suara AF-IC - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger